Selasa, 15 April 2008

FRANCHISE


*Edi Susilo
Pilihan tepat mengembangkan bisnis masa depan adalah model franchise. Sebab, bisnis franchise tak hanya menguntungkan pemilik merek saja, tapi juga menguntungkan pengguna merek
Franchise adalah pemberian hak pada seseorang dalam penggunaan merek, untuk menjalankan usaha dalam kurun waktu tertentu. Sistem ini lebih menguntungkan untuk mengembangkan usaha kita dibanding cara yang lainnya. Oleh karena, ketika kita menggunakan sistem franchise terhadap usaha kita, maka jelas orang lain membayar merek dan royalti tiap bulannya pada kita. Biayanya lebih rendah dari pada cara lainnya, dan kita tak perlu mengalokasikan uang atau modal untuk tempat usaha dan yang lainnya
Ini sebenarnya merupakan peluang bisnis yang menarik kita kembangkan. Hanya saja, hal itu perlu diikuti dengan membuat Standard Operating Procedure (SOP), Guaranteed income level, Complete Training & Continued Support, dan lainnya yang merupakan rangkaian dari proses franchise itu sendiri. Tentu saja, produk yang diwaralabakan itu harus merupakan produk yang disukai atau dibutuhkan oleh pasar. Cara mengembangkan bisnis dengan melibatkan nama besar sekaligus penularan trik-trik dagang dalam memperoleh keuntungan itu, sekarang banyak menjamur. Seperti misalnya, merek lokal Es Teler 77, Mie Tek-Tek, dan Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Umi. Sementara, McDonald's, Pizza Hut, Kentucky Fried Chicken (KFC), dan English First yang merupakan waralaba asing justru telah mendahului dari pada merek lokal, dan ternyata produk itu memikat pasar. Berdasarkan PP No. 16 Tahun 1997 serta Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 259/MPP/Kep/7/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba ditetapkan, Waralaba adalah perikatan di mana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.
Seperti bisnis pada umumnya, untuk menjalani waralaba diperlukan kepekaan terhadap pengembangan usaha seperti pemilihan lokasi dan kecermatan memanfaatkan celah menguntungkan dari selera dan kebutuhan masyarakat. Kendati nama dagang terkenal, promosi tetap diperlukan untuk memajukan usaha. Konon, konsep waralaba muncul sejak 200 tahun Sebelum Masehi. Saat itu, seorang pengusaha Cina memperkenalkan konsep rangkaian toko untuk mendistribusikan produk makanan dengan merek tertentu. Era modern waralaba berkembang di Amerika Serikat pada 1863 yang dilakukan pengusaha mesin jahit Singer dan kemudian diikuti Coca Cola pada 1899.
Di Indonesia, waralaba/ franchise mulai berkembang pada 1950-an dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi atau menjadi agen tunggal pemilik merek. Pada awal perkembangan bisnis franchise di Indonesia, restoran cepat saji yang cukup terkenal antara lain Kentucky Fried Chicken merupakan satu diantara contoh franchise yang saat itu berkembang.. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan waralaba tumbuh sangat pesat yang ditandai dengan banyaknya franchisor yang terdaftar di Departemen Perdagangan. Hingga saat ini ada 366 franchisor yang sebagian besar merupakan jaringan global (237 franchisor) sementara jaringan waralaba lokal sebanyak 129 franchisor.Sehingga bisa dibayangkan begitu luas dan beragamnya sektor usaha yang dapat dipilih. Ini menjadi masalah tersendiri, dengan pengetahuan dan informasi yang terbatas tentunya sulit bagi calon franchisee untuk menentukan mana usaha yang benar-benar franchisable. Apalagi hingga kini keran perizinan untuk mendirikan sebuah usaha waralaba dibuka lebar-lebar tanpa adanya seleksi. Untuk mendapatkan Surat Tanda Pengusaha Waralaba (STPW) dari Departemen Perdagangan tidaklah terlalu sulit.
Begitu mudahnya sebuah perusahaan yang baru berjalan, membuat jaringan waralaba (instant franchise) tanpa disertai operasional pendukung seperti layaknya sebuah franchise. Inilah yang harus diwaspadai, instant franchise yang saat ini berkembang sangat pesat dikhawatirkan akan menjadi sebuah bubble yang pada satu saat akan meledak. Ini pula yang menjadi kekhawatiran dari Asosiasi Franchise Indonesia (AFI). Dimana AFI juga Berkali-kali telah meminta kepada pemerintah dalam hal ini Departemen Perdagangan untuk membuat koridor atas kondisi ini. Pengalaman usaha 10-15 tahun dengan keunikan produk dan telah menjadi market leader dinilai layak untuk dijadikan franchise.
Instant franchise dikhawatirkan akan mencoreng dunia franchise yang saat ini sedang berkembang. Berkaca pada pengalaman dari multi level marketing (MLM) yang hancur karena beberapa kasus dari perusahaan yang tidak bonafide, kita harapkan pemerintah bisa memberi regulasi yang jelas akan hal ini.
Demikian baiknya perkembangan bisnis franchise di Indonesia sehingga hampir setiap triwulan dapat dijumpai seminar, expo, ataupun eksibisi franchise, dan juga banyak dijumpai merk-merk franchise baru yang mulai ditawarkan, baik jenis usaha yang telah berjalan lama (established) dan mulai diwaralabakan, maupun perusahaan yang relatif baru dan memang direncanakan untuk dikembangkan dengan model franchise. Namun pencari waralaba perlu menyikapi hal ini dengan bijaksana, khususnya terhadap franchise yang sangat baru dan belum dijalankan oleh banyak franchisee. Memang tidak selalu waralaba baru berarti resiko yang tinggi dan tidak menjamin keberhasilan, namun banyak unsur yang perlu ditelaah sebelum memutuskan menjalankan sebuah franchise yang memang baru ditawarkan. “waralaba jadi-jadian” nah ini yang perlu diwaspadai karena memang seharusnya pada kondisi tertentu, pewaralaba sebaiknya tidak atau miminal menunda menjual lisensinya kepada masyarakat, sampai kondisi ideal tertentu tercapai dan dapat menawarkan program yang riil dan dapat dipertanggungjawabkan, bukan sebagai jalan keluar dari sebuah masalah yang dialami. Sehubungan dengan hal ini, ada baiknya calon terwaralaba memperoleh info sebanyak mungkin mengenai kondisi usaha, keuangan, konsep bisnis, soliditas team pewaralaba. List kuesioner yang dapat ditanyakan kepada pewaralaba dalam rangka riset dan pengumpulan data dapat dibaca disini
Sebagai akhir tulisan ini kita sampai pada satu kesimpulan bahwa seeseorang yang tertarik dengan peluang bisnis waralaba/franchise harus mempelajari iklim franchise yang saat ini marak berkembang tentunya iklim franchise yang ada di Indonesia..

IMPIAN GADIS MALAM

EDI SUSILO

Rusuk tulang seakan dibuat beku oleh keheningan malam. Di sudut jalan, jam masih terpaku rapi di atas tugu penanda kota .Telah pukul 03.00 dini hari. Lampu-lampu temaram yang sedari sore sudah memancarkan redup cahaya ditepi jalan itu semakin menambah suasana hati Susan bertambah mengharu biru. “Tuhan haruskah aku akan terus seperti ini menjalani kehidupan yang hati nuraniku sendiri tak mampu untuk menerima. Yaa.. kupu-kupu malam, aku sudah bosan dengan semua ini, sungguh pelik kehidupan di kota jahanam ini.. sambil terus menahan isak yang tertahan dan menunda senyum yang seharusnya dapat terbersit Susan terus berjalan.. batinnya mengumpat akan bejatnya kehidupan.
Di tengah kegalauan ,tiba-tiba nisan biru berhenti disebelah Susan.
“Mbak mau kemana? Sudah malam kok jalan sendiri mari bareng” sapa sesosok laki-laki yang ada didalam nisan itu.
“Oh… “sembari senyum Susan terus berlalu dengan jerit hatinya.
Nisan biru itu terus mengikutinya. Setelah lama menyusur kepedihan akhirnya Susan tiba disebuah taman ditepi jalan. Susan berhenti. Sejenak ia membiarkan matanya yang sudah mulai terserang kantuk menyapa jalanan kota ini.
Tak seperti kebanyakan laki-laki yang biasa menghampiri Susan, pemuda yang berada di nisan biru tadi sungguh santun. Ia menyapa Susan lalu duduk di sebelahnya.
“ Endi, “ pemuda tadi mengenalkan diri kepada Susan.
Setelah saling bercakap, bersenda,dan akhirnya mereka berdua kelihatan seolah karib yang lama tak pernah bersua. Ini tentunya bukan hal yang aneh buat Susan sebab dalam setiap malamnya dia bisa akrap dengan sembarang mahluk yang namanya laki-laki. Tapi Endi serasa membuat jeratan hati susan yang sedari tadi dirundung kemelut seakan tersentak dan didalam sanubarinya. Ia menggumam. Pikirnya Endi lain dari kebanyakan kaum adam yang dia temui setiap malam. Akhirnya setelah beberapa kali mendengar kokok ayam yang menyambut mentari,Susan naik ke nisan biru itu.
“Dimana rumahmu? “ tanya Endi.
“Blok M,” jawab Susan.
Dan nisan itu melaju kearah blok M.
Dua minggu berlalu, hampir setiap subuh endi mengantar Susan pulang ke rumah. Lama tapi pasti perasaan itu melekat dalam sanubari Susan. Endi, endi dan endi. Banyak sudah cerita yang dirajut bersama. Susan akhirnya berhasil lepas dari jeratan dunia hitam yang selalu mengungkungnya atas bantuan endi. Susan bisa lepas dari kubangan itu. Kini kehidupan susan telah berubah 180 derajat dengan pekerjaanya yang baru sebagai pelayan toko. Ia seakan kembali menemukan kehidupanya yang pernah hilang 5 tahun yang lalu. Meskipun penghasilan susan tak lebih dari 500.000 setiap bulan, tapi senyum selalu membias dibibirnya.
Malam itu, didepan sebuah café ternama dibilangan blok M ketika susan tengah berjalan pulang dari tempat kerjanya kebetulan nggak ada ojek tau taksi yang melintas dia bertemu dua orang laki-laki dijalan itu.
“Masih ingat aku?”tanya salah seorang dari kedua laki-laki itu
“Oh.. “ sambil mengingat-ngingat orang yang didepanya susan mencoba kembali membuka semua memori yang sempat dia kubur.
“Alex?” tanya Susan terbata.
“San bisa nggak kamu temani aku malam ini?” pinta Alex.
“Eeee… maaf… aku nggak bisa” Susan mencoba menolak.
“Dah. jangan jual mahal berapa tarifmu sekarang?” Alex memaksa.
“Maaf lek aku benar-benar nggak bisa!” Susan ketakutan.
“Wah sudah jadi cewek alim sekarang!!” Ejek Alex.
Setengah memaksa Alek menarik tangan susan dan mencoba membawanya ke mobil nya. Dan di saat yang bersamaan itu pula nisan biru milik endi berhenti tepat didepan mereka bertiga.
“ Hentikan….!! lepaskan cewek itu!!!!” Endi terdengar berteriak
Alek yang sudah disusupi nafsu bejatnya tidak menggubris kata-kata endi
“Lepaskan!!!” Kembali endi membentak
“Ooo... siapa kamu ? Berani-berani melarang kami ucap teman alek yang juga sudah dirasuki iblis.
Tanpa basa basi tiba-tiba teman alek melayangkan sebuah tinjuan kearah Endi..
Perkelahian pun terjadi dengan tidak seimbang
Pada saat endi terdesak tiba-tiba Alex mengeluarkan sebilah pisau dari balik bajunya..
Satu detik kemudian pisau yang dipegang Alex telah mendekam di perut endi tanpa dia bisa mengindar. Darah memuncrat melumuri baju putih yang dikenakan endi.
“Endi…!!!” teriak susan histeris
“Lari.. !! teriak alek pada temanya..
“Tolong!!” susan mencoba meminta bantuan pada orang yang mungkin lewat disekitar daerah itu..
“Toloooong..!!” raung Susan kuat.
Sambil memangku dan mencoba menghentikan aliran darah yang terus mengucur dari tubuh endi, Susan terus berteriak..Beberapa saat kemudian beberapa masyarakat berdatangan ditempat itu. Endi bertahan.
“Endi bertahan… pertolongan sudah datang..” Susan menangis.
Susan memegang tubuh endi yang mulai lemas didalam ambulance.
“aku mencintaimu Susan, “ ucap Endi lirih lalu pelahan menutup mata untuk selamanya.
Langit gelap menggelayut, waktu seakan terhenti. Angin seakan enggan bertiup lagi dan petirpun menggelegar mengiringi kepergian endi. Dengan tubuh terkulai lemas susan memegangi tubuh endi yang berlumuran darah. Susan kelu menatap Endi terbaring beku di pangkuannya. Ia diam. Diam merelakan cinta yang terbawa bersama kematian Endi.
“ Adakah cinta dan kehidupanku yang tak berujung airmata? “ kalimat Susan terbaca di hatinya.

Senin, 14 April 2008

BERCERMIN PADA NGAYOGYAKARTA HADININGRAT


Mengurai kota Yogyakarta ibarat memandang taman bunga. Beraneka ragam. Warna-warni kembang bermekaran dan membuat hati selalu terpikat. Pesona Yogyakarta menjadi sempurna ketika hal itu memberi kekaguman bahkan kedamaian. Sugesti akan kejernihan pemerintahan Yogyakarta menjadikan atmosfer kota gudeg terilustrasi mengesankan. Bukan sebuah ilustrasi bombastis yang serba hiperbolik, melainkan penggambaran realita yang sedikit disandingkan dengan hiruk pikuk persoalan di belahan Nusantara lainnya.
Yogyakarta menyandang berbagai predikat. Sebagai kota perjuangan, kota pariwisata, kota pendidikan, kota kebudayaan, bahkan kota sejarah. Yogyakarta mempunyai filosofi budaya serta sejarah yang sangat komplek. Pengklaiman ini sangat simetris jika dipadukan dengan arti Ngayogyakarta sendiri. Menurut Babad Gianti, nama Yogyakarta diberikan oleh Paku Buwono II (raja mataram tahun 1719-172). Yogyakarta diartikan Jogja yang kerta (Kota yang makmur) dan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti kota yang makmur dan utama.
Selain segudang predikat di atas, Yogyakarta juga memiliki slogan “Yogyakarta berhati nyaman”. Hal ini tercermin dari kehidupan Yogyakarta yang adem ayem diantara kemajemukannya. Dikatakan oleh Bupati Bantul, Idam Samawi, dalam acara launching buku PENDAPA Tamansiswa “Jogja dalam Keistimewaan”, Idam mengungkapkan bahwa,”Yogyakarta adalah miniature Indonesia, dimana di Yogyakarta hidup berbagai penduduk berlainan suku, ras, budaya dan agama secara berdampingan.” Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Prof Bakdi Sumanto yang ditemui oleh kru Pendapa di kediamanya. “Jogja ini memiliki sesuatu yang menonjol yaitu kepluralannya. Dimana di Jogja ini tumbuh berbagai macam budaya, sehingga tidak terjadi dominasi-doninasi budaya. Hal yang terpenting adalah jauhkan pikiran The Other. Seperti yang terjadi di Jogja yang ada adalah kita semua sama, sesuai dengan kebudayaan jawa”
Secara geografis DIY mempunyai luas 318.581 ha dengan penduduk kuramg lebih 3 juta jiwa. Sampai saat ini Yogyakarta diakui sebagai kota pendidikan. Berbagai kampus dan sekolah tinggi tumbuh dengan nyaman di Yogyakarta, ribuan pelajar lokal, luar kota maupun Internasional berbondong-bondong datang ke Yogyakarta demi turut mengenyam studi di kota gudeg ini. Di Yogyakarta terdapat lebih100 buah lembaga pendidikan tinggi dan lembaga akademis, baik lembaga yang didirikan oleh negeri maupun swasta. Jumlah Perguruan Tinggi dan lembaga pendidikan tinggi lainnya sebanyak 127, itu pun belum termasuk lembaga keterampilan. Hal ini menganut korelasi berbanding lurus terhadap peningkatan jumlah mahasiswa di Yogyakarta baik yang berasal dari Yogyakarta sendiri maupun dari seluruh penjuru Indonesia.
Yogyakarta masih sangat kental dengan budaya Jawanya. Seni dan budaya merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Sejak masih kanak-kanak sampai dewasa, masyarakat Yogyakarta akan sangat sering menyaksikan dan bahkan, mengikuti berbagai acara kesenian dan budaya di kota ini. Bagi masyarakat Yogyakarta, di mana setiap tahapan kehidupan mempunyai arti tersendiri, tradisi adalah sebuah hal yang penting dan masih dilaksanakan sampai saat ini. Tradisi juga pasti tidak lepas dari kesenian yang disajikan dalam upacara-upacara tradisi tersebut. Kesenian yang dimiliki masyarakat Yogyakarta sangatlah beragam. Dan kesenian-kesenian yang beraneka ragam tersebut terangkai indah dalam sebuah upacara adat. Sehingga bagi masyarakat Yogyakarta, seni dan budaya benar-benar menjadi suatu bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Masih menurut pakar budaya Bakdi Soemanto, keserasian budaya yang ada di Jogja ini tidak terlepas pada figure kepemimpinan di mana figure kepemimpinan yogyakarta tidak terlepas dari sosok Sri Sultan. Menurutnya, ciri kepemimpinan Sultan yang patut dicontoh untuk pemimpin yang ingin memajukan Indonesia ialah Tahta untuk rakyat atau Manunggal Ing Kawula Gusti dan penerapan ponco-ponco Tamansiswa inggarso sungtulodo, ing madyo mangun karso dan tutwuri handayani oleh Sri Sultan. Lebih lanjut Bakdi menjelaskan, apa yang telah dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X tidak terlepas dari didikan ayahandanya yang tak lain adalah Hamengku Buwana IX. “Jadi menurut saya didikan Hamengku Buwana IX berhasil, perlu diingat Sultan yang sekarang ini adalah sosok yang sangat demokratis sehingga wajar jika mampu mensinergiskan kemajemukam budaya,”. Terlepas dari semua itu, menurut Bakdi, Sri Sultan sejak kecil telah diajari untuk hidup mandiri, maka tidak heran jika Sultan disamping seorang Gubernur beliau juga seorang pedagang, bisnisman, politikus dan pemikir.
Akhir-akhir ini, environment Yogyakarta agak memanas. Isu demokrasi yang sebelumnya marak terjadi di wilayah lain Indonesia, kini mencuat di Yogyakarta. Salah satu pemicunya tak lain akibat penyataan Sri Sultan Hamengkubuwono X pada orasi budaya tanggal 7 april 2007 yang bertepatan dengan hari Ulang Tahun Sri Sultan yang ke-61. Sri Sultan Hamengku Buwono X bertutur bahwa Beliau tidak bersedia lagi menjadi Gubernur DIY untuk periode berikutnya. Banyak spekulasi yang timbul dari statement ini, baik dari kalangan budayawan, politikus dan masyarakat Yogyakarta sendiri. Sampai saat ini belum ada alasan yang jelas dari pihak Sultan sendiri mengenai ketidak bersediaanya untuk menjadi Gubernur lagi.
.Masyarakat Yogyakarta masih dalam kebimbangan dan masih menerka-nerka siapa pengganti Gubernur Yogyakarta berikutnya. Ketika ada statement Sri Sultan menolak untuk menjadi Gubernur DIY pada periode 2008 mendatang , UU keistimewaan Yogyakarta yang telah disusun jauh-jauh hari sebelum statement Sultan, kini mulai marak dibahas kembali. Walaupun demikian, hal itu belum dapat menjawab kebimbangan masyarakat selepas periode kepemerintahan sultan berakhir (jika terjadi,red).
Jauh dari pemasalahan-permasalahan itu, ada hal yang jauh lebih menarik untuk dipelajari. Dikatakan pula oleh Prof. Bakdi Soemanto, apa yang telah dilakukan oleh Sri Sultan saat ini bisa jadi merupakan message (sentilan red) untuk pemerintahan pusat. Dimana kesan pemerintahan sekarang ini lebih berorientasi pada bagaimana mencuri hati rakyat bukan merealisasikan filosofi tahta untuk rakyat seperti yang dilakukan oleh Sri Sultan. Menurut Bakdi pada dasarnya Tahta untuk rakyat yang dirumuskan oleh Hamengku Buwana IX yang ditirukan dan diteruskan oleh Sri Sultan. Terkait dengan filosofi Jawa ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasoraken yang sangat nJawani. Dimana Sultan tidak Show Up dan jauh dari kesombongan. Mengalahkan lawan dengan senyuman (kasih) yang sangat dijiwai oleh Sultan.
Sebuah opini nakal dilontarkan oleh kru Pendapa saat wawancara dengan Bakdi Soemanto. Jika raja bumi Mataram benar-benar mengemban tahta untuk rakyatnya hingga rela turun berperang hanya demi rakyat maka tidak mungkin bahwa yang dibutuhkan untuk NKRI ini adalah seorang raja bukan seorang Presiden. Menanggapi hal ini Bakdi menjawab hal ini dengan bijaksana “Permasalahannya seperti ini. Adakah kemungkinan Sultan untuk masuk dalam percaturan politik Indonesia? Apakah Sultan mempunyai kesempatan, di mana politik Indonesia ini marak dengan money politik? Wah, lha, Cilaka iki!” masih menurut Bakdi, Sultan adalah seorang yang sangat menahan diri “Sri Sultan itu orangnya restrain, tidak seperti Jusuf Kalla yang maju-maju, atau Sutiyoso nah apakah nanti tidak kalah strong” menurutnya sebagai orang jawa Sri Sultan semendeh pasrah pada Allah (semeleh), seandainya nanti ada jalan untuk memerintah Indonesia pastilah Sultan akan jadi Presiden.